Rama Wijaya 5
Hanuman dibawa menghadap ke dalam istana. Betapa marahnya Rahwana ketika ia melihat kera putih yang telah merusak taman istananya. Tetapi betapa herannya Rahwana setelah ia mengetahui bahwa kera putih itu dapat berbicara. Sambil memaki-maki, Rahwana bertanya kepada Hanuman mengapa Hanuman merusak tamannya sampai porak poranda. Hanuman menjawab bahwa ia adalah utusan Rama yang tengah mencari istrinya, Sita, yang diculik oleh Rahwana. Rahwana tak dapat menahan amarahnya. Hanuman hendak dibunuhnya, tetapi adik Rahwana, yaitu Wibisana, mencegahnya. Dengan bijaksana ia berkata bahwa Hanuman sebagai utusan raja tidaklah patut dibunuh. Ia harus dikembalikan kepada raja yang mengutusnya. Lagi pula, bukankah Rahwana yang membuat kesalahan terlebih dahulu dengan menculik dan merampas istri Rama.
Rahwana menjadi semakin marah. Wibisana diusirnya agar pergi dari Negeri
Langkapura. Rahwana pun memerintahkan para prajurit raksasa agar membakar
Hanuman di tengah alun-alun. Para raksasa mengikat tubuh Hanuman lalu
meletakkannya di atas tumpukan kayu bakar. Tumpukan kayu itupun disulut
beramai-ramai. Api menyala-nyala dan berkobar-kobar. Tapi Hanuman tidak
terbakar, bahkan ia berhasil melepaskan diri dari tali pengikatnya. Dengan
tangkasnya Hanuman meloncat-loncat sambil membawa bara api di ekornya. Ia
meloncat ke atas balai peranginan dan membakar atap gedung tersebut. Ketika
nyala api semakin membesar, Hanuman meloncat-loncat dari satu bangunan ke
bangunan lainnya sehingga semua bangunan menjadi terbakar.
Demi melihat kejadian itu pasukan raksasa berusaha meringkus Hanuman. Namun
kera perkasa itu dengan cepat dan mudahnya meloloskan diri dari kepungan bala
tentara raksasa. Kota Langkapura dibuatnya gaduh. Banyak bangunan yang
terbakar. Setelah menempuh hutan belukar, barisan pasukan kera tibalah di
pantai selatan. Mereka berhenti karena tidak mampu mengarungi samudra menuju
Pulau Langka. Mereka mencoba menyeberangi selat itu, tetapi ombak dan gelombang
selalu memukul mereka. Rama segera mengambil panah pusakanya. Dilepaskannya
sebuah anak panah dari busurnya menuju ke dalam samudra. Tak lama kemudian
segala macam ikan, penyu, udang dan bermacam-macam jenis mahkluk lautan timbul
ke atas permukaan samudra. Mereka mengerang kesakitan karena air laut yang
terkena panah Rama itu mendidih dan bergumpal-gumpal. Tiba-tiba di antara
deburan gelombang muncullah secercah cahaya yang semakin lama semakin terang.
Lalu tampaklah Dewa Baruna, yaitu dewa penguasa samudra. Ia memohon kepada Rama
agar air samudra yang mendidih itu segera dapat pulih seperti sediakala. Rama
bersedia, tetapi dengan syarat Sang Baruna harus bersedia menolong
menyeberangkan balatentara kera menuju ke Pulau Langka. Dewa Baruna menyatakan
kesanggupannya membantu menyeberangkan balatentara kera. Ia menyarankan agar
dibuat jembatan batu yang menghubungkan pantai itu dengan Pulau Langka sehingga
para prajurit kera dapat menyeberang. Sekali lagi Rama melepaskan sebuah panah
pusaka ke dalam samudra. Maka air lautan pun pulih kembali seperti sedia kala.
Sugriwa segera
memerintahkan para prajurit kera mencari batu untuk ditumpuk di dalam laut
sehingga menjadi sebuah jembatan. Puluhan ribu kera itu pun pergi ke
gunung-gunung. Batu-batu besar dipecahkan dan diusung beramai-ramai ke pantai,
lalu ditenggelamkan ke dalam samudra. Batu-batu itu disusun sebagai landasan
jembatan di dasar samudra, lalu ditumpuk meninggi sehingga mencapai permukaan
laut. Susunan batu-batu itu dibuat memanjang sampai mencapai pantai Pulau
Langka. Jembatan batu itu amat kuat sehingga dapat dilalui puluhan ribu
balatentara kera. Syahdan, Rahwana memerintahkan balatentara raksasa untuk
menjaga pantai Pulau Langka. Sejak lolosnya Hanuman dari api pembakaran,
Rahwana telah menduga bahwa suatu saat Rama beserta balatentara kera pasti akan
datang menyerang Langkapura. Prajurit-prajurit raksasa yang tengah berjaga-jaga
di tepi pantai melihat ribuan kera yang sibuk membuat jembatan batu yang amat
kokoh. Jembatan batu itu menghubungkan pantai di seberang dengan pantai Pulau
Langka. Raksasa-raksasa itu segera naik ke perahu hendak menyerang para
prajurit kera yang sedang bekerja. Tetapi prajurit kera itu ternyata lebih
berani dan lebih tangkas bertarung dibandingkan dengan mereka. Raksasa-raksasa
penjaga pantai dikalahkannya.
Maka seluruh balatentara kera dibawah pimpinan Rama segera menuju pantai Pulau Langka dengan melalui jembatan batu yang amat kokoh itu. Atas perintah Dewa Baruna, segenap mahkluk lautan dengan patuh menjaga dasar jembatan itu sehingga selamatlah balatentara Rama tiba di Langkapura.
Maka seluruh balatentara kera dibawah pimpinan Rama segera menuju pantai Pulau Langka dengan melalui jembatan batu yang amat kokoh itu. Atas perintah Dewa Baruna, segenap mahkluk lautan dengan patuh menjaga dasar jembatan itu sehingga selamatlah balatentara Rama tiba di Langkapura.
No comments:
Post a Comment