Konon,
di puncak Gunung Mahameru yang berdekatan dengan Kawah Candradimuka, adalah
tempat tinggal Sang Hyang Tunggal beserta isterinya yang bernama Dewi
Rekatawati. Tempat tinggal dimana Sang Hyang Tunggal tinggal dan bertahta ini
dikenal dengan nama Kahyangan Jonggring Salaka. Pada saat itu, Sang Hyang
Tunggal dan isterinya sedang berbahagia karena sebentar lagi mereka berdua akan
segera memperoleh keturunan. Kebahagiaan ini membuat seluruh wilayah Kahyangan
Jongring Salaka menjadi sejuk dan cerah. Kawah Candradimuka pun tidak bergolak,
seakan-akan ikut merasakan kebahagiaan mereka. Namun, rupanya kebahagiaaan
mereka harus tertunda karena Dewi Rekatawati ternyata tidak melahirkan sesosok
bayi dewa, melainkan sebutir telur yang besarnya seukuran kelapa. Betapa sedih
hati mereka berdua mengalami peristiwa itu. Dengan membawa butir telur
yang semakin membesar, Sang Hyang Tunggal bersama Dewi Rekatawati kemudian
pergi menghadap Sang Hyang Wenang, ayahanda Sang Hyang Tunggal. Dihadapan sang
ayahandanya, Sang Hyang tunggal menceritakan semua kejadian yang dialaminya
bersama sang isteri, dan juga menunjukkan telur yang dilahirkan dari isterinya. Dengan bantuan Sang Hyang
Wenang, akhirnya telur itu dapat berubah menjadi tiga bayi dewa. Dari kulit
telur itu berubah menjadi seorang bayi yang kemudian diberi nama Hyang Antaga.
Sementara itu dari putih telur juga berubah menjadi seorang bayi yang kemudian
diberi nama Hyang Ismaya. Yang terakhir dari kuning telur berubah menjadi bayi
dan diberi nama Hyang Manikmaya.
Setelah
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh ayahandanya, Sang
Hyang Tunggal bersama Dewi Rekatawati kembali ke Kahyangan Jonggring Salaka
bersama ketiga putranya. Selanjutnya ketiga putranya itu diasuh dan dididik
dengan berbagai ilmu serta kesaktian hingga sampai dewasa dan menjadi sosok
dewa yang tampan dan berkesaktian tinggi. Saat Sang Hyang Tunggal
hendak mewariskan tahta Jonggrong Salaka terjadilah pertentangan antara Hyang
Antaga dengan Hyang Ismaya. Keduanya merasa berhak atas tahta Jonggring Salaka
karena mereka masing-masing menganggap dirinya yang paling tua, sedangkan Hyang
Manikmaya lebih memilih diam dan menyingkir serta tidak membela salah satu
saudaranya. Tanpa
diketahui Sang Hyang Tunggal, Hyang Antaga dan Hyang Ismaya kemudian sepakat
mencari tempat untuk mengadu ilmu kesaktian untuk membuktikan siapa yang
sebenarnya pantas duduk di singgasana Jonggring Salaka. Sekian lama keduanya
mengadu ilmu kesaktian, ternyata tidak menunjukkan siapa diantara mereka berdua
yang bakal keluar memperoleh kemenangan.
Keduanya
kemudian menyetujui untuk berhenti bertarung dan menggantinya dengan sebuah
pertaruhan, yaitu barang siapa yang berhasil memakan sebuah gunung yang ada di
depan mereka, maka dialah yang dianggap sebagai saudara yang tertua dan
dianggap sebagai pemenang serta berhak atas tahta Jonggring Salaka. Disepakati
Hyang Antaga yang mendapat giliran pertama dan Hyang Ismaya yang berikutnya. Dengan mengerahkan semua
kesaktiannya, Hyang Antaga berusaha memakan gunung itu dengan sekali makan.
Namun sayang hanya sebagian dari gunung itu yang berhasil dimakannya karena
gunung itu kemudian meletus sehingga membuat mulut Hyang antaga menjadi melebar
bentuknya. Beruntunglah Hyang Antaga yang berhasil memuntahkan sisa gunung yang
sudah terlanjur masuk ke dalam perutnya. Namun demikian, akibat dari gagalnya
memakan gunung itu membuat wajah dan tubuh Hyang Antaga yang semula tampan
menjadi buruk rupa karena mulutnya berubah menjadi besar dan melebar.
Melihat
kegagalan Hyang Antaga, Hyang Ismaya kemudian maju dan berusaha memakan gunung
itu dengan cara perlahan, sedikit demi sedikit.namun akhirnya berhasil memakan
seluruh gunung itu. Akan tetapi pada saat akan memuntahkan kembali gunung itu
dari dalam perutnya, Hyang Ismaya tidak mampu. Akibatnya perut hyang Ismaya
menjadi membesar sementara gigi depannya hanya tinggal satu yang ada didepan,
itupun gigi di bagian bawah. Sama seperti Hyang Antaga, wajah tampan Hyang
Ismaya pun berubah menjadi buruk dan tidak karuan bentuk badannya. Setelah mengalami
kegagalan yang mengakibatkan wajah dan bentuk tubuhnya menjadi buruk, keduanya
sadar dan menyesali perbuatannya. Mereka berdua kemudian menghadap Sang Hyang
Tunggal dan memohon ampun atas sikap mereka dan memohon agar wajah dan
bentuk tubuhnya bisa dikembalikan seperti wujud semula. Namun permintaan mereka
ditolak oleh Sang Hyang Tunggal dan bahkan keduanya dihukum dengan diturunkan
ke dunia. Sementara itu Hyang Manikmaya yang sejak semula tidak turut
memperebutkan tahta Jonggring Salaka kemudian diangkat menjadi penguasa di
Jonggring Salaka dengan gelar Bathara Guru. Sedangkan Hyang Antaga yang
dihukum dengan diturunkan kedunia kemudian diberi nama Togog dan
ditugaskan untuk mengabdi dan membimbing kaum raksasa dan Kurawa. Dalam
menjalankan tugasnya ini Togog nantinya akan dikawani oleh temannya yang
bernama Mbilung.
No comments:
Post a Comment