Kamu ini kenapa sih Gar? Nggak
jelas kamu bicara apa,” suara Bagong makin terdengar aneh karena berbicara
sambil mengunyah gumpalan gumpalan singkong “Dasar anak nggak tahu
adat, silahkan kamu panggil aku dengan sebutan Reng, atau Gar, atau Gareng,
atau apa saja, tapi memanggil Romo dengan dengan lansung menyebut Semar tanpa
embel-embel, sangat tidak sopan, tahu?” kemarahan Gareng semakin menjadi “Gareng ini
ngawur, nama Semar kok dibilang nggak sopan.Untung aja Semar nggak ada di sini.
Ck ck ck bathuk mu panas barangkali Reng, Truk carikan dhadap serep untuk obat
demam Gareng.” Senyum Petruk semakin lebar mendengar jawaban Bagong yang
terdengar asal-asalan.“Kamu ini kenapa sih Gar? Nggak jelas kamu bicara apa,”
suara Bagong makin terdengar aneh karena berbicara sambil mengunyah gumpalan
gumpalan singkong “Dasar anak nggak tahu adat, silahkan kamu panggil aku dengan
sebutan Reng, atau Gar, atau Gareng, atau apa saja, tapi memanggil Romo dengan
dengan lansung menyebut Semar tanpa embel-embel, sangat tidak sopan, tahu?”
kemarahan Gareng semakin menjadi “Gareng ini ngawur, nama Semar kok dibilang nggak
sopan.Untung aja Semar nggak ada di sini. Ck ck ck bathuk mu panas barangkali
Reng, Truk carikan dhadap serep untuk obat demam Gareng.” Senyum Petruk semakin
lebar mendengar jawaban Bagong yang terdengar asal-asalan. Lain dengan
Gareng, dia semakin umup, semakin mendidih, “Tobat, tobat Gusti. Hei yang tidak
sopan itu caramu memanggil Romo. Tidak boleh njangkar begitu, segala sesuatu
itu ada adab sopan santunnya, ada tata caranya, tidak boleh telanjang begitu” “Apa? Aku
telanjang di hadapan Semar? Lha kok enak dia bisa lihat auratku.”
“Duh, Jagat Dewa Bathara…”
Gareng kesulitan menemukan kosa kata untuk menjawab kalimat makhluk yang
terlahir dari bayangan Ki Semar Bodronoyo ini, dia merasa akan lebih mudah
kalau diminta berdialog dengan dinosaurus yang dihidupkan kembali. “Meskipun
Semar itu goblok, tapi tidak segoblok Gareng ini. Aku setuju dengan pendapat
Semar yang tadi dibicarakan Gareng,” suara sengau Bagong seperti suara dari
balik kubur,”Aku setuju kalau Semar bilang bahwa semua penduduk Karang Kedempel
ini bisa menjadi pemimpin tidak hanya di Karang Kedempel tetapi di dunia.
Referensi dan dasarnya sangat jelas, nggak percaya? Coba dengar ya.” “Kita tilik
saja terlebih dahulu dari dunia musik. Soal cengkok. Memang aku ini tidak bisa
menyanyi, tapi yang namanya anak-anak Karang Kedempel Idol itu dahsyat karena
mampu bercengkok apa saja. Cengkok Negro-nya Whitney Houston tidak bisa
dinyanyikan oleh penyanyi bule, tetapi Bertha yang orang Karang Kedempel bisa
melagukan semua cengkok, ya Arab ya Negro. Orang Karang kedempel bisa semua
cengkok. Orang Arab hanya bisa cengkok Arab. Orang kulit putih cuma bercengkok
kulit putih yang lurus-lurus dan kaku-kaku. Orang Negro bisa mengeluarkan suara
yang melilit-lilit tetapi derajat dan sudutnya berbeda dengan Jawa dan Arab.
Orang Arab tidak akan bisa membawakan lagu Negro dan begitu sebaliknya. Tetapi,
orang Karang Kedempel bisa melantunkan lagu-lagu Arab, Negro, Barat, Cina dan
lain-lain. Blues oke, Rock juga oke. Dangdut apalagi.”
“Suatu hari mudah-mudahan ada
festival musik intemasional di mana setiap grup harus membawakan satu lagu
Jawa, satu lagu Sunda, satu lagu jazz, satu lagu Arab klasik, satu lagu Arab
modem, dan satu lagu Afrika Utara, dan aku kira orang Karang Kedempel yang
bakal menang. Sebab orang Karang Kedempel bisa menyanyikan lagu apa saja.
Jumlah qari di Karang Kedempel mungkin seratus kali lipat dari jumlah qari di
negara negara Arab. Jadi kalau kita mau mencari orang Karang Kedempel yang
mumpuni membawakan lagu-lagu Arab sampai yang paling canggih sekalipun itu
bertebaran di mana-mana, tetapi kalau mencari orang Arab yang sanggup menyanyi
Jawa itu sulitnya setengah mati.” “Itulah sebabnya orang Karang Kedempel berbakat
menjadi pemimpin dunia. Kalau dalam bahasa sepakbola, bangsa Karang Kedempel
berpotensi menjadi kapten kesebelasan dunia. Kapten adalah pemain yang memiliki
determinasi dan penguasaan terhadap seluruh sisi lapangan dan pemain. Ia bisa
berdiri pada posisi manapun. Sekiranya kiper terkena kartu merah, si kapten
bisa menggantikannya. Bila back-nya cedera, dia bisa menggantikan perannya.
Kalau gelandangnya kurang oke, dia bisa menopang peran si gelandang. Begitu
pula jika ada masalah dengan ketajaman striker, kapten bisa mengambil peran
ujung tombak itu. ltulah kapten yang sebenamya. Maka bangsa yang paling
berbakat untuk menempati segala posisi adalah bangsa Karang Kedempel.
Orang-orang Karang Kedempel memiliki potensi dan kecakapan berkelas dunia.” Gareng seperti
tersihir mendengar kalimat kalimat Bagong. Petruk memutuskan duduk mendekat,
mengabaikan bau penguk adiknya yang mandinya belum tentu setahun sekali.
“Dari sudut gen, gen bangsa
Karang Kedempel adalah campuran dari semua gen yang ada di muka bumi. Misalnya,
kamu inggat nggak mantan Pak Kades kita yang pernah mengaku memiliki gen dan
darah Cina, Arab, Persi, dan Ajisaka. Ajisaka itu bukan orang Jawa melainkan
Asoka yang tak lain adalah India. Jadi orang Karang Kedempel tidak sepenuhnya
keturunan Homo Sapiens sebagaimana orang Arab, Amerika, atau Latin. la adalah campuran
dari Homo Sapiens dan sisi-sisa Homo Erectus. Sehingga, antropologi, sosiologi,
dan psikologi orang Karang Kedempel sangat berbeda dari mereka yang keturunan
homo sapiens. Maka, gen warga Karang Kedempel adalah gen campuran dan karena
itu berpotensi menjadi manusia kaliber dunia. Orang-orang seluruh dunia tidak
paham siapa sesungguhnya warga Karang Kedempel itu. Mereka akan kaget bahwa
temyata warga kita tidak bisa dikalahkan. Orang miskin saja masih bisa sombong
dan dengan penuh percaya diri akan bilang -Lho, sudah miskin kok ndak boleh
sombong. Rugi dua kali dong!- Orang tidak punya saja masih bisa nraktir. ltu
hanya terjadi di Karang Kedempel. Seratus bangkai motor diserahkan kepada orang
Karang Kedempel dan dalam waktu satu minggu semua motor itu berfungsi kembali
atau menjadi sesuatu yang baru.”
“Bukan cuma itu. Orang Karang
Kedempel memiliki term atau konsep wibawa. Wibawa itu tidak ada di tempat
tempat lain di seluruh dunia. Malaysia pun sudah mulai kehilangan wibawa. Coba
temukan orang Malaysia yang punya wibawa! Datanglah ke sana dan kamu berdiri
tegap tangan bersedekap sambil memandang tajam ke orang-orang, pasti tidak ada
orang yang berani balik memandang kamu. Coba kalau kamu lakukan di sini,
misalnya di pasar TanahAbang, ooo.. ya kujamin jadi pertengkaran. Aku punya
teman-teman Chinese dari Jakarta atau Surabaya. Kalau mereka pergi ke Hong
Kong, mereka sangat unggul dibanding orang Cina asli. Mereka methenteng
teriak-teriak ala Jakarta, Siapa lu! atau ala Surabaya dengan suara keras, Yo
opo, rek! Mereka unggul secara kewibawaan karena sudah terlatih di Indonesia.
Sebab di Cina asli sana orangnya baik-baik, tertib, lugu, tetapi di sini siapa
yang menjamin hidupmu. Kanu harus liar di sini. Dirampok atau tidak, kamu mesti
bertanggungjawab sendiri karena tidak ada perlindungan.”
“Maka tidak ada pilihan lain
bahwa di Karang Kedempel ini kamu harus menjadi pendekar. Kondisi inilah yang
menumbuhkan sesuatu yang dalam bahasa dan konsep Jawa disebut awu. Awu itu
bukan aura. Aura baru sebatas indikatif terhadap awu. Kalau krentek itu dhoq
dalam bahasa Arabnya. Krentek adalah titik akurasi dari daya intuisi terhadap
suatu hal. Awu tidak sama dengan aura dan krentek. Awu itu sernacam kekuatan
elektromagnetik dari dalam jiwamu yang memancar kepada orang lain. Awu itu
kekuatan batin yang keluarnya sedikit fisik sedikit nonfisik tapi dia bisa
menguasai orang lain. Dan ini tidak ada di mana mana di seluruh dunia. Hanya
orang Karang Kedempel yang kenal wibawa atau awu.”
“Di luar negeri dikenal istilah
kharisma, tetapi itu tidak bisa melawan dimensi wibawa dan awu. Maka di Jawa,
orang yang tidak bisa dikalahkan atau dilawan disebut ngawu-ngawu. Ini serius
lho Reng, Truk dan hanya kamu kamu ini yang punya wibawa di seluruh dunia.
Biarpun profesor di London atau di manapun, mereka pintar tapi tidak punya
wibawa. Pintar secara akademis, tetapi ndlahom. Lain halnya dengan orang Karang
Kedempel: tidak punya pekerjaaan dan tidak pemah sekolah tapi kereng (galak)
setengah mampus. Tidak punya uang tetapi berani kawin, seperti Gareng ini,
rokoknya Dji Sam Soe lagi! Nah, sayangnya, justru karena kita punya wibawa maka
kita malas melakukan apa saja. Muncullah bonek-bonek. Bonek tidak hanya di
Surabaya melainkan di seluruh Karang Kedempel. Semua orang ber-bondo nekat.
Apakah bukan bonek jika orang berani-beraninya menjadi Kades, padahal tidak
punya kemampuan untuk mengatasi masalah. Kalau bonek di Surabaya ngamuk, tentu
aku tidak setuju kriminalitasnya, tetapi mari kita pelajari kenapa sampai
timbul bonek seperti itu. Harus kita temukan apa keistimewaan dan keburukan
bonek. Sebagai potensi, bonek tidak bisa dilawan dan karena itulah Surabaya
digelari sebagai kota pahlawan. Masak berani perang, jika bukan bonek. Kalau
dibaca secara positif, sesungguhnya bonek adalah bahasa Jawanya tawakkal.
Padahal kita tahu bahwa tawakkal, beserta jihad dan syahid, adalah tiga senjata
yang sangat ditakuti di mana-mana.” “Sesungguhnya pemerintah Karang Kedempel ini
adalah pemerintah yang paling enak, sebab masyarakatnya adalah masyarakat yang
paling mandiri. Bencana begitu rupa dahsyatnya bisa dihadapi dengan tenang dan
serba bersyukur. Sementara Badai Katerina yang melanda California membuat
orang-orang di sana panik dan marah-marah kepada pemerintah Amerika. Mereka
mendemo pemerintahnya yang tidak antisipatif dan tidak becus mengurusi masalah
bencana alam itu.
Badai di New Orleans yang tidak ada sekukunya Tsunami di Aceh
menyebabkan terjadinya dehumanisasi total dan pemerintahnya dimarahin
habis-habisan. Di Karang Kedempel mana ada rakyat sampai seperti itu?
Harga BBM dinaikkan, bergejolak sejenak, setelah itu rakyat tenang-tenang saja,
jalan jalan tetap macet penuh mobil seolah kenaikan harga BBM tidak
mempengaruhi konsumsi bensin mereka. Pemerintah silih berganti dan naik turun,
tetapi rakyat tetap stabil.” “Orang orang di luar negeri serba serius dan
mentelheng. Aku pernah ke Arab lho Truk, Reng, dan berteriak di keramaian
mengucapkan salam, Asslamualaikum…. Tidak seorang pun menjawab. Ketemu polisi
di sana dan saya tanya di mana makam Siti Khadijah, jawabnya cuma Wallahu
a’lam……! Gila nggak sih? Orang-orang Karang Kedempel sangat mudah tersenyum,
ceria, tidak tegang, dan punya banyak cara untuk menertawakan keadaan, dan itu
di satu sisi sangat menyehatkan jiwa mereka.” “Semua sifat dan potensi
orang Karang Kedempel bisa sangat positif dalam menyongsong masa depan.
Lebih-lebih ketika saat ini kita sedang memasuki tahap lingsir wengi alias
kegelapan total di berbagai bidang. Musibah di darat, udara, dan lautan
bertubi-tubi menampar bangsa Karang Kedempel. Belum lagi krisis internasional
yang sudah mengintai, di antaranya krisis biji-bijian, padi, kedelai dan
lain-lain, pada skala internasional, sehingga akan terjadi ketidakseimbangan
antara produksi dan tingkat konsumsi yang pasti berdampak pada munculnya
gejolak dan konflik vertikal maupun horisontal.”
Kalimat-kalimat Bagong
mengalir lacar, membuat kedua kakaknya tak sempat untuk berkedip sekalipun “Potensi
bangsa Karang Kedempel sangat besar untuk bisa tampil dalam panggung
kepemimpinan dunia, asal saja kita mau dan serius. Formulasinya bisa dicari.
Pada tingkat nasional, Jakarta sudah melakukan eksperimentasinya dan hampir
gagal. Sehingga, misalnya, harus ada pemecahan ibukota. Ibukota ekonomi tetap
di Jakarta, tetapi ibukota politik kita pindah entah ke Bandung atau Surabaya.
Pemisahan ini dimaksudkan untuk mengurangi KKN dan menormalkan restrukturisasi
dan deregulasi atas apa yang selama ini menciptakan madharat bagi rakyat.
Tetapi tawaran ini lebih luas dan berskala internasional. Bukan curna soal
kepemimpinan politik nasional atau pada level kabinet melainkan menyangkut
krisis internasional, menyangkut konstelasi internasional.”
“Kita juga harus mulai menggali
dan mengeksplorasi kekuatan lokal serta melengkapinya dengan ilmu. Maka
kegiatan yang kita lakukan di berbagai tempat adalah majelis ilmu. Orang Karang
Kedempel budayanya kuat, imannya kuat, tawakkalnya kuat, namun ilmunya kurang
serius, tetapi bukan berarti bodoh. Ilmu yang serius bisa berarti mau
mempelajari bahwa sesungguhnya bangsa Karang Kedempel itu hebat dan saking
hebatnya sampai-sampai menjadi malaikat pun pintar dan jadi setan pun juga
jagoan. Sehingga yang namanya Karang Kedempel itu kontraversial. Di lain pihak
kelihatannya miskin dan dilanda krisis, tetapi aku tidak bisa menemukan tingkat
kemewahan hidup melebihi orang-orang Karang Kedempel ini. Ilmu yang serius bisa
juga berarti menyadari bahwa hanya bangsa yang besar yang diberi ujian beruntun
dan mau mengolah kejadiankejadian itu menjadi kekuatan untuk bersiap menyambut
masa depan: menjadi kapten kesebelasan dunia. Menjadi pemimpin jagad raya” “Mengerti
tidak kalian ini? Truk…, Reng…” Gareng mengakhiri khotbahnya.
“Oooo dasar orang
gila! Lha wong diajak ngomong malah melongo, ya sudah aku pergi…” Dan Bagong
pun berlalu Petruk dan Gareng tidak bisa memberikan reaksi apa-apa. Seharusnya
mereka tidak perlu heran dan kaget atas apa yang baru saja mereka dengar, yang
keluar dari mulut Bagong. Mereka juga sadar bahawa sesakti apapun mereka,
Bagong hanya perlu menjentikkan telunjuknya untuk membuat mereka terpental
hingga ke seberang Galaxy Mereka hanya pangling akan bentuk utuh dari Bagong yang
sesungguhnya. Bagong terlahir dari bayangan Semar, tentu saja kebijaksanaan
Semar juga menurun ke dalam jiwa Bagong. Dan kalau selama ini Bagong kelihatan
liar dan bertingkah laku serta bicara sesukanya, hal itu dikarenakan peran yang
harus dijalani Bagong memang harus seperti itu. Petruk seratus persen
sadar bahwa yang baru saja diucapkan Bagong melalui pidatonya yang panjang
lebar hanyalah sebuah satire. Sebuah sindiran bagi warga Karang Kedempel untuk
berfikir dan berindak lebih produktif dan konstruktif. Gareng pucat, jiwanya
terguncang. Dia seakan tertampar dan diingatkan bahwa sopan santun yang palsu
seringkali membuat manusia menjadi tumpul nalar dan batinnya. Dan dia pun
ngeloyor pergi meninggalan rumah Petruk tanpa pamit, dan tanpa memperdulikan
guyuran hujan yang mulai deras. Sepergi Bagong dan Gareng, Petruk baru tersadar
dan segera tersenyum lebar melihat bahwa dua bakul yang sebelum nya penuh
berisi singkong rebus telah tandas. Pastinya sudah pindah ke dalam perut si
Bagong. Tiba-tiba Petruk dikagetkan suara isterinya yang keluar dari bilik
sambil menenteng payung,”Kang, saya mau antri elpiji dulu ya. Katanya di
kelurahan ada pembagian elpiji gratis.”
No comments:
Post a Comment