Rama Wijaya 4
Tak lama kemudian Sugriwa dengan berkalungkan janur kembali ke medan
pertarungan. Ditantangnya Subali bertanding lagi. Mendengar tantangan Sugriwa
itu, Subali pun semakin membara amarahnya. Diterkamnya Sugriwa, lalu
diringkusnya sampai ia tak dapat bergerak sama sekali. Pada saat itulah Rama
mengangkat busurnya. Dibidiknya Subali, dan sesaat kemudian terlepaslah anak
panah dari busur Rama. Panah itu menancap di dada Subali, dan rubuhlah Subali
ke tanah.Terlepaslah Sugriwa dari bahaya maut. Tetapi setelah melihat mayat
Subali, hatinya menjadi sedih. Betapa sengit permusuhan kedua saudara itu.
Setelah Sugriwa menyaksikan kematian kakaknya, ia pun tak dapat menahan air matanya.Sambil
terisak-isak dirangkulnya tubuh kakaknya. Ketika Rama mendekat, Sugriwa
menyembah sambil mengucapkan terima kasih atas bantuannya.
Sugriwa dengan rela
hati menyilakan Rama menjadi raja di Kiskenda. Rama menolaknya karena ia masih
menjalankan perintah ayahandanya almarhum, yaitu hidup dalam pembuangan.
Menurut pendapatnya, sudah sewajarnyalah jika Sugriwa kini menduduki takhta
Kerajaan Kiskenda. Rama berpesan agar Anggada, yaitu putra Subali, diambil anak
oleh Sugriwa. Begitu pula Dewi Tara, yaitu ibu Anggada, supaya diangkat sebagai
permaisuri. Sugriwa menyatakan akan memenuhi perintah Rama, lalu menyembahlah
ia di hadapan satria Ayodya itu. Semua kera pengikut Sugriwa pun menyembah
bersama-sama. Sugriwa beserta para kera, yaitu Hanuman, Anggada, Susena,
Hanila, Jambawan, Gaya, Gawaksa, dan pemuka kera lainnya datang menghadap Rama.
Sugriwa berkata kepada para kera bahwa sebagai balas budi kepada Rama, maka
seluruh bala tentara kera Kiskenda harus ikut mencari Sita yang hilang diculik
Rahwana. Para kera pun menjawab bahwa mereka bersedia mencari Sita sampai
dimanapun. Sugriwa memerintahkan balatentara kera mencari Sita sampai ke daerah
pegunungan Widarba dan Misori, pula sampai ke tanah Matsya, Kalingga, Kausika,
Andra, Chola, Chera dan Pandya. Sungai-sungai Gangga, Jumna dan Serayu harus
disusuri. Lembah-lembah yang dalam harus dituruni, dan gunung-gunung yang
tinggi harus didaki. Setelah menerima
perintah Raja Sugriwa, maka balatentara
Kiskenda berangkatlah. Mereka menyebar ke segenap penjuru. Setiap jurang
ditengok, kalau-kalau Sita disembunyikan raja raksasa Rahwana di situ. Setiap
gunung didaki, setiap semak dikuakkan. Mereka masuk ke dalam gua-gua,
menjelajahi desa-desa, dan menyusuri pantai.Namun usaha mereka sia-sia.
Akhirnya mereka kembali ke Kiskenda tanpa membawa hasil. Lalu Sugriwa teringat
bahwa ada sebuah pulau yang terletak di selatan. Pulau itu harus dijelajahi
pula karena mungkin Sita disembunyikan Rahwana di tengah pulau itu. Hanumanlah
yang diserahi tugas oleh Sugriwa untuk meninjau keadaan pulau itu serta
meneliti jejak raja raksasa Rahwana. Sugriwa yakin bahwa Hanuman akan sanggup
menjalankan tugasnya. Sebelum Hanuman berangkat, Rama menitipkan sebuah cincin
kepadanya. Jika Hanuman bertemu dengan Sita, maka cincin itu menjadi bukti bahwa
Hanuman adalah duta Rama. Hanuman berangkatlah menuju arah selatan. Siang malam
ia melompat-lompat tak kunjung lelah di antara pepohonan. Sebagai duta ia ingin
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya serta secepat-cepatnya. Sesampainya
di pantai selatan ia terhalang oleh lautan. Sebagai putra Dewa Bayu ia
bersemadi meminta pertolongan agar diantarkan angin terbang ke Pulau Langka.
Tak lama kemudian datanglah angin badai. Hanuman diterbangkan tinggi-tinggi ke
angkasa dan melayang menuju Pulau Langka. Setibanya di pulau itu ia berjalan
mengendap-endap, kadang melompat-lompat melalui cabang-cabang pohon agar tidak
tampak oleh raksasa penghuni pulau itu. Akhirnya Hanuman tiba di sebuah taman
yang indah permai. Burung-burung berkicau merdu di atas pohon angsoka,
sedangkan di halaman berumput kijang-kijang berkeliaran dengan amannya. Tampak
seekor burung merak menengadah karena mendengar bunyi kicau burung yang merdu
laksana nyanyian yang diiringi gamelan sorga Lokananta. Ekor merak itu
berkembang, lalu menarilah ia berputar-putar di tengah taman. Hanuman terpesona
melihat segala keindahan taman itu. Tiba-tiba tampaklah olehnya seorang putri
yang cantik jelita, duduk seorang diri di dalam taman itu. Wajahnya pucat,
tubuhnya kurus, rambutnya terurai kusut. Wajah putri itu tepekur sayu. Hanuman
yakin bahwa putri itu pastilah Sita, istri Rama. Sambil duduk di atas sebuah
cabang pohon angsoka Hanuman menembang. Adapun lagunya mengenai kisah Rama,
mulai dari pembuangannya di hutan Dandaka bersama Sita dan Laksamana,
penculikan Sita oleh raja raksasa Rahwana, kesedihan Rama dalam mencari
istrinya, lalu perjumpaannya dengan Sugriwa, dan akhirnya mengutus Hanuman mencari
Sita ke Negeri Langkapura. Sita heran mendengar tembang Hanuman, seakan-akan
dia bermimpi. Hanuman pun turun dari pohon, lalu ia menyembah Sita serta
mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Rama. Mula-mula Sita tidak percaya.
Hanuman lalu memperlihatkan sebentuk cincin pemberian Rama. Maka percayalah
Sita bahwa Hanuman memang utusan suaminya. Timbullah pula keyakinannya bahwa ia
akan dapat bertemu lagi dengan Rama, terlebih setelah ia mendengar dari Hanuman
bahwa Rama dengan bantuan raja kera Sugriwa akan datang menggempur Langkapura.
Sebelum Hanuman minta diri, Sita pun menitipkan sebentuk perhiasan rambutnya
agar disampaikan kepada Rama sebagai tanda bakti dan setia. Sebelum Hanuman
pergi, ia sengaja merusak taman itu. Pohon-pohon ditumbangkannya, bunga-bunga
dicabutinya, dan jambangan-jambangan digulingkannya. Pula, atap balai
peranginan diruntuhkannya, dan bendungan kolam di dalam taman itu dibobolnya
sehingga terjadi banjir.
Para raksasa penjaga taman mengira hal itu terjadi karena disebabkan oleh gempa
atau banjir. Tetapi kemudian mereka melihat bahwa ada seekor kera putih yang
merusak taman. Beramai-ramai mereka berusaha mengejar dan menangkapnya, tetapi
Hanuman dengan gesit selalu dapat menghindar. Para raksasa itu segera
memberitahukan hal tersebut kepada Indrajit, putra mahkota Langkapura. Demi
melihat kerusakan taman istana itu, Indrajit pun marah. Kemarahannya bertambah
setelah ia melihat kera Hanuman yang seakan-akan mengejek sambil
meloncat-loncat di atas pohon.Indrajit segera mengangkat panah pusakanya, yaitu
panah Nagapasa, sebuah panah yang dapat melilit sasarannya. Dipanahnya Hanuman
saat itu juga. Panah itu segera melilit tubuh Hanuman. Dengan demikian para
raksasa dapat menangkapnya.
No comments:
Post a Comment