Ada rasa kekhawatir pada diri
Prahasta setelah Rahwana dinobatkan menjadi raja di Alengka, kekhawatiran itu
bukan disebabkan oleh kecemburuan pewarisan tahta, tetapi prilaku Rahwana yang
kian hari kian bertambah tidak baik, tidak mencerminkan sikap sebagai seorang
raja. Rahwana sangat keras kepala, susah diatur dan selalu ingin menang
sendiri. Terkadang Rahwana tidak segan-segan menurunkan tangan kasar kepada
punggawa-punggawa Alengka yang membangkang segala keinginannya. Dan ketika
Rahwana telah tahu bahwa kedua orang tuanya mati terbunuh karena serangan
Danaraja, maka Rahwana memutuskan untuk menyerang Lokapala.
Prahasta yang kedudukannya sebagai
patih Alengka dan juga sebagai orang tua asuh hanya bisa memberi nasehat,
begitu juga dengan Kumbakarna dan Gunawan Wibisana, mereka menentang keras
keinginan Rahwana yang ingin menyerang Lokapala, sebab bagaimanapun raja
Lokapala adalah kakak tertua mereka, secara lahiriah Danaraja mewarisi darah
Wisrawa.
Dasarnya Rahwana keras kepala,
nasehat Prahasta, Kumbakarna dan Gunawan Wibisana bukan hanya tidak didengar
tetapi juga dibantah. Bersama Sarpakaneka, Rahwana memimpin puluhan ribu
balatentara Alengka untuk menyerang Lokapala. Perang pun berkobar. Batara Danaraja tergugah dari tapa
bratanya di tepian bengawan Gangga setelah mendengar kabar negerinya diserang
oleh Rahwana, raja Alengka. Perang besar kembali terjadi antara Alengka dan
Lokapala. Batara Danaraja mengingatkan Rahwana agar menarik mundur pasukannya, ia
tidak ingin terjadi pertumpahan darah diantara keluarga Rahwana tidak memperdulikan
kata-kata Danaraja, ia terus menyerang bahkan memburu Danaraja. Terjadilah
perang tanding antara Rahwana dan Danaraja. Dua putra Wisrawa saling serang,
saling adu pukul dan saling mengeluarkan aji-aji kesaktian. Rahwana tidak segan-segan membidikan
senjatanya ke arah Danaraja. Bertubi-tubi Rahwana menghantamkan pusakanya ke
tubuh Danaraja hingga tubuh raja Lokapala itu terpotong-potong oleh pusaka
Candrasa. Tubuh Danaraja yang sudah
terpotong-potong secara ajaib kembali menyatu secara utuh, tanpa bekas. Ia
bangkit berdiri dari kematiannya membuat Rahwana keheranan. Sekali lagi, dan
sekali lagi Rahwana memenggal kepala Danaraja namun raja Lokapala yang gagah
perwira itu kembali bangkit dari kematiannya. Segala upaya telah dilakukan
Rahwana untuk membinasakan Danaraja, tetapi sia-sia. Rahwana kalah sakti, ia
tersungkur oleh pukulan sakti aji gineng yang dimiliki oleh Danaraja. Tubuhnya
lemas lunglai luruh jatuh ke tanah. Dalam keadaan tidak berdaya Rahwana
hanya bisa menggerang memohon ampun, dan pada saat-saat Danaraja menghunus
pusaka, tiba-tiba Prahasta datang berlutut dihadapan Danaraja. Prahasta memohon
kepada Danaraja agar Rahwana diampuni segala kesalahannya Mengingat hubungan darah diantara
mereka, Danaraja akhirnya mengampuni Rahwana. Ia juga bersedia menerima
kehadiran Rahwana di Lokapala ketika Prahasta menyarankan Rahwana untuk ikut
bersama kakaknya di Lokapala supaya mendapat pengajaran dan gemblengan ilmu
hingga kelak menjadi seorang kesatria utama. Rahwana sangat senang mendengar
saran Prahasta, maka ketika itu juga Rahwa tinggal di Lokapala bersama
kakaknya.
Bertahun-tahun Rahwana hidup dalam
gemblengan Danaraja. Ia mendapatkan berbagai macam ilmu-ilmu kedigjayaan dari
Danaraja. Hampir seluruh kesaktian Danaraja diserap oleh Rahwana, bahkan
Danaraja menghadiahkan pusaka Gandik Kencana peninggalan Begawan Wisrawa kepada
Rahwana. Danaraja yang sudah merasa lelah
hidup menjadi seorang raja, ingin kembali melakukan tapa brata, ia ingin
menyepi diri menjadi seorang pertapa, maka aji kesaktian Rawarontek yang selama
ini bersemayam di dalam tubuhnya diberikan juga kepada Rahwana. Rahwana sangat senang mendapatkan
aji kesatian itu, kesaktian yang telah tersohor diseantero jagat. Aji
Rawarontek telah bersatu di dalam tubuh Rahwana. Dendam kembali berkobar, ia
teringat akan maksud dan tujuannya untuk melampiaskan dendam terhadap Danaraja.
Pada saat itulah Rahwana berdalih ingin membuktikan keasktian Rawarontek yang
baru saja diterimanya. Tanpa tedeng eling, Danaraja diglandang di palagan
yudha. Ogol begalan pati. Keduanya terlibat
perang tanding untuk yang kedua kalinya. Namun sekarang Rahwana bukanlah
Rahwana yang dulu, ia telah mewarisi semua kesaktian Danaraja, maka Danaraja
dengan seluruh tenaganya mencoba menandingi Rahwana yang telah menjadi sakti
mandraguna.
Danaraja menemui karmanya, kepalanya
ditigas potong oleh Rahwana. Kini Danaraja benar-benar palastra, mati dan tidak
bangkit lagi setelah tidak memiliki aji Rawarontek. Dalam kisah wayang jawa lainnya,
setelah mencapai kematiannya, Danaraja menjadi dewa di kahyangan berganti nama
menjadi Batara Kowera.
No comments:
Post a Comment